Selasa, 31 Maret 2009

Sebuah Lokap di Lantai Tiga Sayap Timur; Sisi Lain Dunia

Sebuah Lokap di Lantai Tiga Sayap Timur; Sisi Lain Dunia

Sekitar pukul lima atau enam waktu tempatan, kami digiring untuk naik bilik – masuk ke dalam sebuah lokap – di tingkat tiga sayap timur blok. Namun ketika masih di bawah, ketika dalam proses berjalan menuju sel, kepada kami orang kerja membagikan gayung; dua gayung untuk dipakai berkongsi oleh lima orang. Sewaktu aku masuk, keadaan sel masih cukup lowong sehingga leluasa bagi kami untuk memilih tempat; walaupun telah banyak orang di dalam. Aku tidak segera mengambil tempat tertentu; aku hanya duduk-duduk santai di dekat sisi timur. Tiga jam berselang, ketika hari telah menjelang malam, masuk lagi satu gelombang tahanan. Ali dan Arman ada di antara mereka. Dio tak ada. Dia tercerai dari kami. Tak tahu kami tentang nasib anak muda yang masih di bawah umur itu. Aku termasuk dalam gelombang kedua yang masuk ke dalam sel hari itu. Ali dan Arman berada dalam gelombang ketiga.

Lokap yang kami tempati lebih mirip sebagai sebuah bangsal atau balai besar yang tidak bersekat-sekat; menghadap utara. Lebar lokap sekitar lima setengah meter; panjangnya mencapai lebih dari tigapuluh lima meter, belum termasuk kamar mandi yang berada di sebelah kiri (barat). Tidak ada sinar matahari langsung yang masuk bilik. Jendela-jendela ventilasi tinggi-tinggi di sepanjang dinding selatan (belakang). Dari permukaan lantai, letak lubang ventilasi tingginya seperunjung; setinggi orang berdiri dengan tangan dijulurkan ke atas. Terdapat sebuah pintu di ujung baratlaut (pojok kiri depan) dan sebuah di ujung timurlaut (kanan depan) dan ada dua jendela di antara keduanya. Dan sebuah pintu masuk ke kamar mandi. Kecuali pintu kamar mandi yang dibiarkan melompong tak berdaun, kedua pintu lainnya dan kedua jendela berpagar jeruji besi yang sangat kokoh.

Lantai lokap diplester semen secara tidak merata. Semen licin dengan kelebaran bervariasi dari setengah sampai satu meter tampak menghampar agak merata di segenap sisi – timur, selatan, barat, dan utara – yang mepet di tembok; sedangkan bagian tengah botak berpasir. Tak heran jika banduan berebut untuk mendapatkan tempat di sepanjang sisi timur, selatan, dan utara; selain nyaman tentunya untuk bersandar. Tahanan yang tidak mendapat tempat di atas hamparan plester semen mulus harus merasa puas berkaparan di atas lantai tengah yang botak berpasir dan berdebu. Terlebih ketika tidur di malam hari, sempurnalah mimpi indah itu; seindah mimpi kelompok-kelompok ayam dan puyuh yang memupur dan tertidur pulas berdesak-desakan pada kubang debu dan pasir di hari indah permai. Bagi kami penghuni bui, tidur bertilam pasir bukan lagi sebuah ibarat; bukan olah-olah. Meski sisi barat dan pojok-pojok baratdaya dan baratlaut juga bersemen mulus, bagian ini tak dapat diduduki atau disandari. Bagian ini bersebelahan dengan kamar mandi; karenanya selalu basah dan kualitas kelembaban udaranya pun terlalu buruk untuk pernafasan.

Dari jendela di dekat ujung timurlaut lokap, kami melongok tanah bukit di luar timur penjara yang ditumbuhi pohon kelapa sawit; untuk sekedar mengira-ngira masuknya waktu shalat dzuhur, ashar, dan maghrib. Untuk dapat mencapai pandangan yang dimaksud, kaki harus jinjit agar garis pandang menjadi lurus ketika menembus lubang ventilasi yang berada tinggi di tembok timur blok dan terus melintas dari atas tembok pagar luar penjara. Pada langit-langit koridor ujung timur depan lokap, sebuah gambar kubah mesjid warna hijau menunjukkan arah untuk kaum Muslim berkiblat; arah yang ditunjukkannya adalah barat sedikit serong ke baratlaut.

Di ujung barat lokap, sebuah kamar mandi besar seukuran 4 X 5.5 m dilengkapi dengan lapak WC yang dibuat lebih tinggi dari lantai. Ketika Anda hendak buang hajat, Anda harus naik setinggi lutut untuk bertenggek di salah satu dari 4 lubang WC yang tersedia. Antara satu lapak WC dengan satu lapak WC di sebelahnya, dibangun partisi bata setinggi tigapuluh senti. Akan tetapi, tidak ada penghalang di depan; sehingga ketika Anda buang air besar, (maaf) seperangkat lonceng anggota lelaki yang Anda punya jelas terlihat oleh orang yang tengah duduk-duduk di dalam lokap. Tentu pandangan itu lebih terang benderang dengan presisi tinggi di mata penghuni lain yang akan masuk ke dalam dan yang sedang berada di dalam kamar mandi. Karena Anda seolah-olah sedang bertenggek di atas sebuah panggung sebagai model sewaan kementerian kebersihan kawasan dalam rangka memperagakan cara buang air besar yang baik dan benar. Suka atau tidak, begitulah kondisi fasilitas sanitasi pada tempat di mana Anda kini berada. Betapa privasi seorang tahanan – sejak dari lokap balai polis hingga lokap mahkamah sampai penjara – sama sekali tidak terlindungi. Tetapi jangan pernah Anda gusar. Anda tidak sendiri; Anda bukan yang pertama, bukan pula yang terakhir yang beol dengan cara dan dalam suasana seperti ini. Bahkan konon para pesohor – orang-orang ternama dan terkemuka – semisal mantan Deputi Perdana Menteri Anwar Ibrahim sangat menikmatinya.

Adalah tekanan jiwa sebuah variabel yang tak dapat Anda abaikan begitu saja ketika Anda sedang bertenggek dengan muka masam di atas lubang toilet. Setiap bagian tubuh dipengaruhi oleh stress. Stress adalah anak setan yang telah memaksa saluran pencernaan orang tutupan tidak dapat berfungsi normal; terutama jika Anda merupakan pendatang baru. Masuk penjara membuat Anda stress; tercerai dari keluarga membuat Anda stress; terancam jiwa membuat Anda stress; mendapat perlakukan diskriminatif dalam rimba hukum membuat Anda stress; hidup dalam ketidakpastian di perantauan (luar negeri) membuat Anda stress.

Stress membuat pikiran Anda kacau dan selera makan ambrol, sehingga tak banyak yang Anda makan. Stress dapat membuat Anda tak berselera minum; apalagi minuman yang tersedia di sini adalah air minum mentah yang muncrat dari pipa berkarat. Disamping itu, lebih banyak waktu yang Anda lewatkan di penjara dengan duduk. Duduk berlama-lama membuat saluran pembuangan tinja bisa mampat; selain pantat tepos tentu saja. Demikian pula perasaan rikuh yang bergelayut dalam hati ketika Anda akan buang air besar membuat prosesnya tidak mulus. (Aku punya cara untuk mengatasi perasaan rikuh dalam urusan yang satu ini. Aku lebih memilih waktu tengah malam untuk buang hajat ketika sebagian terbesar tahanan tengah terlelap tidur). Apalagi jika sebelumnya Anda pernah punya pengalaman menahan dan menunda-nunda hasrat untuk buang air besar. Bahkan tidak lancar buang air besar itu sendiri bisa membuat Anda stress.

Tak pelak, kerisauan Anda untuk dapat buang air besar secara mulus dan lancar tidak kalah serunya dengan rasa was-was Anda saat menantikan kelahiran jabang bayi pembarap dalam keluarga. Karena buang air besar bukan perkara atau pekerjaan yang mudah dilakukan. Tentu Anda akan terperanjat bertanya-tanya dalam hati tidak percaya manakala Anda menemukan fakta bahwa tidak cukup durasi setengah jam yang Anda butuhkan untuk sekedar buang air besar. Perlu waktu yang jauh lebih lama dari setengah jam bertenggek sambil terus-terusan ngeden di atas liang toilet untuk tugas mulia seperti itu; karena Anda stress. Dan jangan pula terkaget-kaget sampai stress jika – ketika Anda mengejan – yang keluar dari saluran pelepasan badani adalah angin dan angin, serta satu dua gumpal (tepatnya butir) tinja berbentuk kelereng; ukurannya pun tak lebih dari butir kelereng.

Saranku, jangan pernah bermain api dengan hukum dan undang-undang agar Anda tidak akan pernah terjerumus masuk tutupan besi. Akan tetapi bila toh suatu saat nanti Anda mendekam di dalamnya baik sebagai akibat dari perbuatan sengaja yang Anda sadari resikonya maupun karena memang benar-benar telah menjadi suratan takdir yang tak dapat dielakkan, yang perlu Anda ingat dalam menjaga kesehatan saluran pencernaan makanan selama dalam penjara adalah (1) kurangi rasa frustrasi Anda agar tidak sampai stress, (2) makan dan minumlah seperti biasa; jangan pernah merasa risih dan jijik ketika Anda minum air mentah yang mengucur langsung dari keran, (3) jangan suka berlama-lama duduk; tingkatkan aktivitas fisik yang memungkinkan Anda berdiri atau jalan-jalan membakar kalori, (4) jangan pernah menahan atau menunda-nunda keinginan untuk buang hajat, dan (5) ketika nongkrong di atas toilet, berilah tugas tambahan kepada jari jemari Anda: elus-eluslah tulang belakang setengah bagian bawah; urutan-urutan lembut pada punggung bagian bawah sangat membantu relaksasi saluran buang yang bermanfaat bagi kelancaran acara hajat Anda; dan – ini yang terpenting – (6) supaya damai rasa di hati, serahkan diri kepada Ilahi. Selama dalam penjara, tetaplah berdo’a dengan khusyuk mohon pertolongan dari-Nya agar Anda tidak gentar menghadapi kemalangan serta dapat melewati situasi dan masa sulit dengan tenang.

Penting juga artinya untuk menyadari bagaimana otot-otot terasa ketika tegang dan bagaimana pula otot-otot itu terasa ketika rileks sehingga seseorang dapat memantau ketegangannya sendiri. Ketika Anda tegang, pertimbangkanlah manfaat dari sebuah metoda relaksasi yang dianjurkan oleh sebuah kurikulum pembelajaran akademi kebidanan dalam sesi membantu meringankan ketegangan kaum wanita hamil yang hendak melahirkan: dimulai dengan berfokus pada irama nafas dan memikirkan hanya “ri” ketika menarik nafas dan “leks” ketika menghembuskan nafas. Sebuah latihan singkat seperti berikut ini boleh jadi dapat membantu mengerek mood secara bermakna: (1) berdiri dan ambil nafas dalam-dalam dan rileks ketika melepaskan nafas, (2) putar bahu ke depan dan lantas ke belakang, (3) jatuhkan kepala sehingga dagu menyentuh dada dan kemudian angkat kepala dengan lembut, (4) bayangkan seutas tali terikat di tengah-tengah rambut dan kulit kepala yang membetotnya ke atas sehingga kini Anda berdiri tegak lurus dan tinggi serta rasakankanlah bahwa paru-paru Anda dapat mengembang dengan bebasnya.

Gizi seimbang dengan asupan berserat demi sebesar-besar manfaat bagi pencernaan agar BAB lancar? Forget it, buddy! Untuk Anda ketahui, telah masyhur tertutur dalam percaturan hidup orang terungku bahwa catu makan penjara – ketika jujur diukur – hanya pas untuk sekedar mengulur umur. Lagipula Anda tidak dalam posisi mengatur menu dapur penjara. Pernahkan Anda bayangkan betapa rumitnya mengelola persediaan untuk ribuan orang yang makan di tempat ini dalam waktu yang nyaris bersamaan setiap harinya tanpa pernah membayar? Semahal apa pun pelayanan yang disediakan oleh manajemen penjara, tidak akan pernah ada penghuni merasa puas dan sudi merogoh kocek. Apa pendapat Anda jika kukatakan bahwa kecerdasan Anda tidak cukup kuat untuk sekedar dapat membayangkan keuntungan dan kepuasan maksimum yang mungkin dari setiap ringgit yang dibelanjakan untuk keperluan dan kepentingan tahanan? Intelijensi pikiran Anda jauh dari kondisi state-of-the-art untuk menemukan dan menentukan cara-cara terbaik dalam memenuhi kebutuhan menu konsumsi yang memuaskan penghuni dalam batas-batas anggaran yang disediakan oleh negara. Lagi pula, penjara dibuat lengkap dengan ketidak-nyamanan yang mewatakinya agar tidak ada manusia waras yang betah tinggal dan mau balik ke dalam bilamana telah berada di alam bebas.

Meski demikian, manusia tutupan punya seribu satu cara untuk menikmati hidup lebih nyaman. Bagi mereka, hidup dalam kurungan belum berarti kiamat. Mengenai hal ini, kepada Anda penjara akan mengajarkannya financially free of charge; Anda cuma akan membayarnya dalam bentuk-bentuk lain. Sedikit bocoran dariku: Demi melihatku murung, seorang banduan Melayu menghiburku dan memberi kiat cara bertahan hidup di penjara. “Jangan pikirkan berapa lama kita di sini. Pikirkan saja catu makan. Selepas makan pagi, tunggu dan bayangkan bila waktu makan siang. Selepas makan siang, pikirkan saja bila makan petang. Usai makan petang hari, pikirkan saja bila masa makan esok pagi.” Jika tujuan hidup adalah demi makan semata, cocoklah petuah kawan ini. Lagipula, sesuatu metoda yang menunjukkan hasil positip dalam sebuah situasi belum tentu memberi manfaat dalam sebuah situasi lain. Sesuatu yang cocok untuk seseorang boleh jadi tidak cocok untuk orang lain. Meski demikian, ada bagusnya kita dengar alasan dan khasiat dari sikap indiferen parasitopolis gaya hewani yang dipilihnya secara sengaja, “Dengan demikian, tak terasa waktu akan berlalu. Tahu-tahu kita sudah bebas.” Jika jiwa dengan mudah dapat mengikuti irama kehidupan penjara tanpa sedikitpun hasrat untuk mengadakan perlawanan, maka perasaan berat itu tidak ada.

Dalam ilmu Ekonometrik yang banyak dirujuk oleh manajemen perusahaan modern ada istilah Minimax dan ada pula Maximin dalam hitung-hitungan rencana produksi. Dengan sedikit modifikasi pada tatanan pola pikir dan pola pandang, prinsip serupa dapat diterapkan dalam kehidupan penjara. Tidaklah realistis bagi seseorang tahanan untuk percaya bahwa petaka tidak akan menimpa. Dalam penjara, jenis dan magnitud kesengsaraan dan ketidaknyamanan adalah tidak terperikan besarannya. Karenanya terapkan Minimax; minimalkan perasaan sengsara dan tidak nyaman. Take it easy! Sekali lagi, kesengsaraan dan ketidaknyamanan semuanya serba maksi; maka batasilah perasaan pada yang paling mini diantaranya. Let it flow; biarkan ia mengalir begitu saja. Jangan dibendung. Saat-saat kondisi sangat tidak wajar dan ketika penderitaan masih jauh dari bayangan usai, kerugian minimal adalah target yang mesti Anda kejar. Tidak ada – termasuk orang-orang lama sekalipun – yang dapat menakar seberapa besar peluang atau kebolehjadian seseorang tahanan akan tertimpa musibah dalam kurun waktu tertentu.

Di lain pihak, kesenangan dan kenyamanan besarannya sangat kecil dan nyaris tak berarti. Jangan gundah. Terapkan Maximin. Maksimalkan peluang Anda untuk dapat menikmati kesenangan sekecil apa pun. Kantong kebahagiaan nyaris tidak ada isinya dan rendah pula mutunya. Terdapat banyak bukti bahwa kesenangan dan kenyamanan semua berukuran serba mini. Maka nikmatilah setiap tetesnya dengan perasaan maksi. Enjoy it to the utmost levels possible. Serap setiap manfaat dengan perasaan syukur. Harus disadari, di dalam sini selama kurun terpanjang waktu, tiada tempat serasa rumah sendiri. Tigabelas dari empatbelas tahanan yang disurvei setuju dengan pendapat tersebut. Tidak ada yang berpendapat sebaliknya. Sementara satu orang blangko; memilih untuk tidak memberikan suara alias abstain. Lantaran rajin mendengar, aku sering mendapat cerita-cerita menarik tentang bagaimana orang tahanan melewatkan hari-harinya.

* * *

Lantai kamar mandi sangat licin berlumut. Tak ada tahanan yang mau singsingkan lengan baju untuk membersihkan, karena tidak ada sikat, sapu lidi atau alat pembersih lainnya. Meski hati-hati, aku acap tergelincir dan nyaris terjengkang. Jendela kamar mandi memanjang rendah di sisi utara membuat banduan penghuni sel-sel tetangga yang berada di depan dapat melihat dengan jelas aurat orang mandi di lokap kami. Ada dua buah tong besar dengan kapasitas masing-masing 150 liter ditaruh tepat di bawah keran air. Tak ada gayung di sini. Sesiapa saja yang hendak mandi atau buang hajat mestilah membawa gayung masing-masing. Oh ya, gayung di sini tak bertangkai. Kalau cuma mau minum, tidak perlu awak membawa gayung. Cukup bungkukkan badan secukupnya, tadahkan telapak tangan dan monyongkan kedua belah bibir tepat di bawah keran air; dan sosorkan itu congor pada air pet yang mengocor sampai nyonyor.

Setiap tempat pasti punya sesuatu untuk diberikan. Dan mereka yang tinggal dalam bui harus selalu mencari cara untuk menemukan sesuatu yang istimewa itu sebagai sebuah kebutuhan yang niscaya; kebutuhan untuk melepas ketegangan agar awal hari yang baru akan jadi lebih baik dan lebih berarti dari akhir hari yang telah berlalu. Disamping berfungsi sebagai penyekat antara alam bebas dan dunia tutupan, dinding-dinding penjara juga berguna sebagai media ekspresi bagi banduan seniman grafiti. Pada batas tertentu, tiada berjeda orang tutupan berusaha mencoba membuat lokap menjadi sebuah tempat yang lebih baik dan lebih berarti. Dalam ruang hidup yang serba sempit, manusia kurungan masih bebas mengembangkan fantasi untuk memuaskan dahaganya akan keindahan. Ada waktu untuk mereka mendengarkan pikiran dan menjelajah manfaat cipta rasa; menerjemahkannya dalam sapuan grafiti dengan susunan kata-kata yang memiliki kepadatan makna. Di beberapa bagian, hiasan grafiti dari berbagai bahasa dan bangsa melukiskan rindu dendam yang mengharu biru terhadap kekasih, negeri, dan kebebasan; seolah semua telah bersepakat bicara, kebahagiaan itu berada di sisi lain dunia. Hanya saja, meski kaya ragam, keterbatasan sumberdaya, bahan, dan alat membuat setiap seniman tidak dapat bermain dengan warna.

Hasil karya orang Indonesia juga banyak jumlahnya; salah satunya ada di bawah jendela baratlaut bertuliskan Air Joman. Tidak indah, tapi cukup meyakinkan jika penulisnya ingin meninggalkan kesan. Yang menyedot perhatian penghuni adalah sebuah gambar yang menggores tebal dan tipis bagian tengah dinding sebelah timur; sebuah kipas satu lingkaran penuh yang terbagi dan tersusun indah nan rapih secara simetris menjadi 24 bilah dengan kaligrafi aksara Myanmar. Karena penampilannya yang artistik dengan kesan batik belah-pinang, benda hias seni rupa itu menarik minat secara kuat. Bila Anda duduk bersandar tepat di bawahnya dan difoto dengan pandangan lurus tajam ke arah kamera, kirimkanlah potret diri itu kepada keluarga dekat di Tanah Air. Niscaya kerabat dan sahabat akan mengira kini Anda telah menjadi seorang raja. Paling tidak, raja penyamun sesat. Sebuah gambar menerangkan ribuan makna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar